Menteri Tanpa Nama

Hari itu adalah hari terakhir pelaksanaan WOC, World Ocean Conference. Banyak orang penting yang hadir, dari presiden, menteri, gubernur, walikota, bupati, dan para delegasi semuanya berkumpul di grand ballroom 1 dan 2 Grand Kawanua. Seluruh kesibukan di Manado terpusat di gedung itu.

Acara penutupan berlangsung sangat elegan, Presiden membacakan closing remarks, ada paduan suara dari Unima Choir yang juara dunia itu, dan pentas tari yang luar biasa keren. Selesai acara penutupan, kami kembali ke lobby untuk melanjutkan tugas seperti biasa karena para delegasi akan mengadakan sidang pleno di ballroom 3. Saya awalnya bertugas sebagai usher tapi keluar lagi karena kedinginan. Lagipula di dalam sudah cukup banyak CO yang standby.

Ketika keluar dari ruangan, saya melihat ada keramaian di depan pintu masuk ballroom 2. Sebuah standing banner dari UNEP, United Nations Environment Programme, berdiri di samping meja mbak-mbak bule yang sedang mengumpulkan tanda tangan untuk mendukung penyelamatan lingkungan dari pemanasan global. Petisi ini nantinya akan dipamerkan pada United Nations Climate Change Conference 2009 di Copenhagen dengan titel “SEAL THE DEAL!”

Tertarik, saya pun mendekat.

Ada dua buah kain spanduk yang dibentangkan di dua meja. Spanduk di meja sebelah kiri sudah ada stempel-stempelnya tapi tanda tangannya belum padat, sedangkan spanduk di meja sebelah kanan hampir penuh, dan orang-orang antri di sana. Oh, saya memilih yang sepi, tentu saja. Segera saya mengambil spidol, membuka tutupnya, lalu membubuhkan tanda tangan di spanduk sebelah kiri. Sret sret sret!

“OH MY GOD!! OH MY GOD!! IT’S ONLY FOR THE MINISTRIES!!!” kata mbak bule yang jaga disitu, histeris.

Eh? Gimana? Ministry kan menteri? Astaga, saya salah tanda tangan. Horeee saya salah tanda tangan!

“Oh i’m sorry, i didn’t know. Maap maap mbak, i’m so sorry.”

“Oh no, what do we do? Oh God, no..”

Bingung, si bule cas cis cus sama temannya. Mau dihapus, nggak bisa. Mau diganti kainnya, di situ sudah terlanjur ada tanda tangan dari menteri lingkungan Jerman, Pakistan, Myanmar, dll. Tanda tangan saya persis di samping Jerman.

“It’s okay it’s okay, nevermind, we can fold this or do something about it. It’s okay.”
“I’m sorry, i’m terribly sorry mam..”
“It’s okay,” katanya lagi.

Well then, saya senyum-senyum, lalu pindah ke meja kanan, dan seolah tanpa dosa membubuhkan lagi tanda tangan saya plus nama di sana. Setelah itu saya buru-buru pergi sebelum dihakimi dengan tatapan mata mereka.

Well, tanda tangan saya akan dipajang di Konferensi PBB di Copenhagen sana, bersanding dengan tanda tangan menteri-menteri lingkungan dari seluruh dunia. Cool.

  1. WAKAKKAKAKAKAKAKAKKKK!!!!
    saki puru qt baca ini……

    Like

    Reply

  2. wakakakakakaakakkakaka…. nice….so bole daftar jo jadi minister jgn cm jd CO klo ada event sekaliber WOC =p

    Like

    Reply

  3. hah..hah..hah..hah…nanti para menteri yang lihat tanda tangan di kopenhagen mungkin akan penasaran, tanda tangan menteri mana yang pake lambang gitar ini? hahahahahahaaaaeee….

    Like

    Reply

  4. apik..gie….sudah sepantasnya…km membubuhkan tanda tangan di situ…perwakilan dari MAPALA STTL……..yo ra…hahahahah

    Like

    Reply

  5. Ngaahahahahahaa bencoonggg.. kayaknya ini bikin kamu didoain yg jelek2 ama mbak bule kaaaak.. makanya jinx melulu x))

    Like

    Reply

    1. OMG kak tiw baca tulisan lamaku hahahahaha jadi malu :3

      Like

      Reply

Leave a Reply to Carmelita Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: