Hari Terakhir Kartosuwiryo

Apa yang ada di kepala anda, saat melihat rangkaian foto yang merekam hari terakhir kehidupan seseorang dan diakhiri dengan berondongan peluru regu tembak?

Saya bergidik. Buku foto bersampul hijau itu berisi 81 foto hari terakhir Kartosuwiryo, Pimpinan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia, mulai dari pertemuan terakhir Kartosoewirjo dengan istri dan lima anaknya, makan siang, perjalanannya ke pulau Ubi (kepulauan Seribu), hingga eksekusi oleh regu tembak dan pemakamannya.

Kartosuwiryo dieksekusi pada tanggal 16 September 1962. Kematiannya menjadi misteri selama 50 tahun. Selama ini masyarakat bahkan keluarganya percaya bahwa Kartosuwiryo dieksekusi lalu dimakamkan di pulau Onrust, kepulauan Seribu. Tidak ada bukti atau rekam sejarah apa pun yang membuktikan hal ini, hingga pada bulan September 2012, Fadli Zon menerbitkan buku foto berjudul “Hari Terakhir Kartosuwiryo.”

Rangkaian foto dalam buku itu membuat saya terlempar ke masa lalu, seolah ikut menyaksikan secara langsung peristiwa mengerikan itu. Mengikuti perjalanan sang imam besar melangkah menuju tiang eksekusinya dengan mata tertutup untuk ditembak mati disana menggetarkan mental saya. Foto-foto yang diambil secara berurutan itu mampu berbicara, bercerita tanpa caption. Tidak diketahui siapa fotografernya, tapi menurut Fadli Zon dalam catatannya di buku tersebut, sangat mungkin diambil oleh salah satu anggota TNI yang bertugas hari itu.

Dari seluruh rangkaian foto dalam buku itu, ada satu foto yang paling menarik perhatian saya. Foto dengan emosi dan cerita terkuat.

Gila.

Foto diatas memperlihatkan kepala regu tembak yang memastikan kematian Kartosuwiryo dengan sebuah tembakan di kepalanya. Sebelumnya, berondongan peluru dari 12 orang anggota regu tembak telah menembus tubuh ringkih Kartosuwiryo. Mental kepala regu ini luar biasa. Saya tidak bisa membayangkan persiapan yang dilakukannya sebelum menarik pelatuk pistolnya, lalu menghadapi serangan batin pasca eksekusi itu. Mungkin mentalnya dilatih layaknya Jason Bourne.

Bagaimana dengan Kartosuwiryo? Dia menghadapi kematiannya dengan berani. Bagi seorang muslim yang percaya bahwa dirinya sedang berjihad, kematian adalah kemenangan. Mungkin itu yang memberinya kekuatan sedemikian besar, hingga tidak terlihat wajah cemas atau takut pada rangkaian foto sebelumnya. Pun dalam kondisi sekarat setelah ditembus peluru regu tembak, kepalanya masih tetap tegak. Menantang. Berusaha menghembuskan napas terakhir tanpa tunduk terhadap musuhnya. Gila.

Buku foto ini menurut saya berhasil mengungkap fakta sejarah dengan sangat nyata. Bukan hanya berdasarkan teks atau teori ngehe para sejarawan yang kadang berkesan sotoy. Foto selalu mampu berbicara lebih banyak daripada teori, selama bisa dibuktikan keasliannya dan tidak ditafsirkan secara visual semata. Ini adalah gaya baru dalam penulisan sejarah Indonesia. Buku ini adalah pionirnya.

  1. kayanya bukunya menarik, beli dimana yah? ato…boleh pinjam? :D

    Like

    Reply

    1. di gramedia ada :D
      gue juga belum beli soalnya mahal hahaha

      Like

      Reply

  2. Hahahaha, jadi lo tau isi buku ini dari mana? *curiga gue lo baca sambil berdiri di pojokannya Gramedia :p*

    Like

    Reply

    1. Betul sekali!
      Hahahahaa

      Like

      Reply

  3. aaahhhh…ternyata liat di gramed, padahal mau minjem :(

    Like

    Reply

  4. Saya belum pernah mendapatkan atau melihat asli isi buku ini, tapi rangkaian fotonya pernah saya lihat di Internet. Dan memang membuat merinding.

    Like

    Reply

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.