Ditegur Penunggu Pulau Intata

DSC_3103

Sebelum ke Raja Ampat, pulau Intata bagi saya adalah yang terindah di dunia. Pulau kecil dengan luas tidak lebih dari satu kilometer persegi ini memenuhi seluruh kriteria wajib untuk dikatakan sebagai pulau cantik nan eksotis: pasir putih seperti tepung, air laut yang super bening, lambaian nyiur di pesisirnya, dan ditambah lagi tidak berpenghuni. Pulau ini adalah salah satu pulau terluar di utara Indonesia, berdekatan dengan pulau Miangas yang lebih terkenal berkat lagu Tertatih-nya Kerispatih.

Pulau Intata terletak di wilayah administrasi Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara. Untuk menuju ke sana dibutuhkan perjalanan mengarungi laut selama 3 hari dari pelabuhan Bitung. Itu pun jadwalnya cuma dua minggu sekali.

Berdasarkan catatan sejarah, dulu pulau Intata merupakan bagian dari pulau Kakorotan, pulau besar di seberangnya, sebelum dihajar gempa dan tsunami pada tahun 1614.

“….SEBAHAGIAN DARATAN PULAU INTATA TENGGELAM DAN PENGHUNINYA HANYUT OLEH AMUKAN OMBAK YANG DATANG DARI ARAH TIMUR LAUT SEBELAH LAUTAN PASIFIK.”

Begitulah sepenggal catatan peristiwa tenggelamnya sebagian daratan pulau Intata yang terjadi pada zaman Ratu Liunsanda, Hugu-Lalua dan Hugu-Panditan yang diabadikan dengan tulisan pada sebuah monumen. Monumen peristiwa bencana alam tersebut masih tegak berdiri di halaman rumah kepala adat desa Kakorotan atau yang diberi gelar “Ratumbanua.”

Pulau Kakorotan dari Intata

Pulau Kakorotan

10 Juni 2010

Saya tiba di pintu masuk pulau Intata jam 7 pagi, dan dengan penuh semangat melompat ke sekoci kapal Tatamailau untuk merapat ke pantai. Dari kejauhan terlihat sebiji pulau yang bersinar memantulkan cahaya matahari dari pasir putihnya bak mutiara, sementara di langit beberapa ekor naga sedang bermain sembur-sembur api. INTATA!

Untuk saya yang referensi pantai bagusnya hanya sebatas Bunaken, pulau Intata adalah surga. Sayangnya tidak ada 72 bidadari disana. Mulai dari lari-lari di pantai, lompat kesana kemari, salto-salto hingga guling-guling saya lakukan saking terkagum-kagumnya dengan pulau ini begitu tiba di pantainya. Yiha!

intata mamen

DSC_3195

Pulau Intata sedang ramai oleh pengunjung. Seperti tradisi yang berlangsung setiap tahun, saat itu akan berlangsung acara Mane’e atau tradisi menangkap ikan pake tangan!

Karena acara Mane’e baru akan dimulai menjelang sore, saya memilih keliling pulau. Menurut informasi dari penduduk setempat, tidak jauh dari pantai ada sebuah tempat yang mistis, tempat leluhur pulau Intata bersemayam. Siapa pun boleh berkunjung kesana, dengan catatan harus sopan dan JANGAN MEMOTRET. Setelah diberi tahu arahnya, saya menyusuri jalan setapak yang membawa saya menjauh dari keramaian pantai, masuk ke dalam hutan pulau Intata.

Sekitar 20 menit kemudian saya tiba. Saya langsung tahu inilah tempat yang dimaksud penduduk tadi. Di atas sebuah meja dari batu berjejer 10 tengkorak kepala yang terlihat sudah sangat senior. Mereka ngerokok dari idung men.

DSC_3264

DSC_3258

Ngeri gak?

Rokok mereka macam-macam. Kebanyakan merek lokal. Naro rokok dalam rangka mistis-mistisan sih sudah biasa, tapi naro rokok langsung di mulut, apalagi idung tengkorak, lancang banget gak sik? Gini lho:

1. Tidak ada satu perokok pun yang tahan kalo rokoknya dijepit terus di mulutnya sampe abis. Asapnya perih di mata, perih di hati, dan bibir bisa melepuh.

2. Tidak ada satu perokok pun yang ngerokok dari idung.

3. Gimana kalo mereka ada yang dulunya gak ngerokok? Kasian kan? Udah susah-susah gak ngerokok selama di dunia, eh pas meninggal dijejelin rokok. Di idung pulak.

Saya akui saya kampret. Sudah jelas-jelas dikasih tau jangan motret, saya tetap memotret. Bukan cuma sekali dua kali, tapi berkali-kali. Saya merasa, ada 1 atau 2 dari mereka yang tersenyum waktu lampu kilat kamera saya menyala. Hiiii…

***

Selesai foto-foto, saya kembali ke pantai dan bergabung dengan keramaian. Acara Mane’e dimulai sekitar jam 2 siang, diawali dengan penarikan janur yang sudah dirangkai menjadi satu dengan panjang kurang lebih 700 meter. Rangkaian janur ini ditarik oleh perahu kecil menjauh dari pantai dengan membentuk huruf U.

DSC_3199

Ikan yang terlanjur ada di dalam area janur ini tidak akan bisa keluar. Padahal, janur ini gak disambung dengan jala loh. Artinya si ikan bukan terkurung gara-gara janurnya yang padat melainkan digiring oleh kekuatan mistis.

Setelah seluruh bagian janur berada di laut, kedua ujungnya lalu ditarik perlahan mendekati pantai. Ikan terkepung. Orang-orang berdiri di sekeliling lingkaran janur. Ikan-ikan gugup. Pesta dimulai.

APM_-(1206)

Ratumbanua memulai pesta ini dengan menangkap 1 ekor ikan menggunakan tangannya sendiri. Setelah itu, suasana berubah menjadi riuh, rusuh, kisruh, semua berebut menangkap ikan yang menggelepar-gelepar di dasar. Ikan yang tertangkap diangkat seperti piala, yang menangkap tersenyum bangga. Makin besar ikannya, makin lebar senyumnya.

Do you see what i see? Yep, a SHARK.

Do you see what i see? Yep, a SHARK.

Langsung rusuh pemirsa!

Langsung rusuh pemirsa!

DSC_3375

Menurut cerita penduduk setempat, pada acara Mane’e kali ini ikannya tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Bisa dibilang, ini cuma setengah dari jumlah ikan yang biasanya terkumpul. Katanya sih gara-gara waktunya yang kurang pas karena seharusnya acara ini diadakan minggu depan, tapi berhubung sponsor utamanya (BNN) dan para pejabat jadwalnya cuma bisa minggu ini, jadi dimajukan. Hasilnya? Ya begitu itu. Orangnya rame, ikannya sepi.

Setelah pesta usai, janur ditarik seluruhnya ke darat. Orang-orang menjinjing tangkapannya masing-masing. Warga Kakorotan berperahu pulang ke pulaunya. Matahari mulai terbenam di ufuk barat, menutup hari itu dengan cahaya emas yang sangat indah. Salah satu senja tercantik yang pernah saya lihat.

DSC_3496

Dan, teguran penunggu pulau Intata pun dimulai.

Saat kami riuh bernyanyi dan berpesta, langit mendadak mendung. Awan gelap berdatangan dari kiri kanan. Hujan turun dengan derasnya, air surut, ombak bergulung-gulung. Sekoci kesulitan merapat ke pantai. Kami tidak bisa kembali ke kapal. Semua hanya bisa menunggu dalam kegelapan, suasana pun menjadi hening, hingga beberapa orang mulai bernyanyi lagu-lagu pujian untuk Tuhan.

Kami berdiri di pinggir pantai tanpa mengindahkan hujan yang masih turun cukup deras. Semua bernyanyi, semua berdoa. Kecuali satu: Om James. Doski sibuk motret.

Mungkin Tuhan terenyuh melihat kami yang galau, perlahan, hujan mereda. Air laut kembali bersahabat, dan sekoci kapal satu demi satu mulai merapat ke pantai. Jam 10 malam, seluruh penumpang kapal yang jumlahnya ratusan akhirnya terangkut. Kami meninggalkan pulau Intata yang malam itu terlihat bete. Di kejauhan, dalam kegelapan, dia menatap tajam.

Terus? Segitu doang tegurannya? Hah? Yang gara-gara motret tengkorak apa kelanjutannya?

Jadi gini. Setelah balik ke kapal, mandi dan ganti baju, saya pamer foto-foto tengkorak tadi. Semua berdecak kagum, dan ada yang gak berani liat. Abis itu, saya demam. Mual. Badan saya mendadak panas dan berakhir dengan menggigil gara-gara meriang. Besoknya, mata kiri saya bintitan. Bintit kampret itu bertahan hingga saya di rumah. Kira-kira seminggu kemudian, bintitnya pindah ke mata kanan. Dan 40 hari sejak saya motret tengkorak-tengkorak Intata, bintitan saya sembuh dengan sendirinya.

***

Gak deng saya lupa. 40 hari itu biar dramatis aja, hahahahaha!

Persisnya berapa lama saya berbintit saya lupa. Bisa jadi emang beneran 40 hari…

  1. wih… foto yang terakhir itu apa yak?

    Like

    Reply

    1. Richard Parkir hahaha

      Like

      Reply

  2. keren! beneran ini pulau surga! ^^

    Like

    Reply

  3. CONG! Ada harimaunya gituu! :)) BTW itu pulau Kakarot? Berarti punyanya songoku? :0

    Like

    Reply

    1. Aih aih itu Richard Parkir kak, versi KW-nya Richard Parker dari Life of Pi x)))

      Like

      Reply

  4. Lu keren banget bang….ternyata sebelum ketemu naga udah kenal duluan ama Richard Parkir ya…. *sembahhh* :-D

    Like

    Reply

  5. sayang bro dah nyampe ke Intata tapi gak singgah ke gugusan kepulauan Sitaro… keren abis tuh bro… gw dah lima tahun di Manado belum pernah liat Mane’e… padahal pernah 2 bulan tugas di Talaud… tapi sayangnya pas selesai belum dimulai Mane;enya

    Like

    Reply

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: