Kamera Sapu Jagat: Fuji X100s !

Fuji X100s

Selamat tinggal DSLR. Sejak punya Fuji X100s, saya tidak pernah lagi menenteng Nikon D70 saya yang sudah jompo itu. Berat, besar, dan seringkali merepotkan karena butuh space lebih di dalam ransel saya.

Fuji telah melahirkan kamera dengan kualitas luar biasa: “retro look,” bodi yang kokoh tapi ringan (445 gram), warna foto “khas Fuji,” dan ukuran yang kecil. Semua yang saya inginkan :D

X100s adalah penerus dari seri X100 yang lelet autofocus-nya. Meski tidak secepat mirrorless-nya Olympus seperti OMD EM-5, autofocus X100s sudah lebih dari cukup untuk motret landscape, portrait, atau street photography. Untuk olahraga ya jangan pake kamera ini, bukan peruntukannya.

Tidak perlu kuatir kualitas gambarnya kalah dengan DSLR, karena sensor kamera kecil ini sama besar dengan DSLR bersensor APSC. Focal length 35 mm (fixed lens) dengan diafragma F/2.0 membuat saya tidak berkeinginan lagi untuk beli lensa ini itu, ya karena lensanya emang gak bisa digonta-ganti. Lagian, EMANGNYA BELI LENSA MURAH?

“Eh sebentar, 35 mm fixed, jadi gak bisa zoom-in zoom-out?”
“Yoi, gak bisa. Tapi 35 mm cukup wide kok buat landscape atau street photography, dan soal portrait, ini jagoannya.”
“Terus kalo mau moto yang objeknya jauh? Atau moto orang yang lagi beraktivitas, misalnya di pasar, gimana?”
“Mendekat. Zoom pake kaki. Foto yang baik itu foto yang diambil melalui interaksi antara fotografer dengan objeknya, bukan sembunyi-sembunyi. Berkomunikasi dengan objek yang akan kita potret gak susah kok. Justru foto kita akan lebih “berbicara.”
“Kalo objeknya gak bisa dideketin?”
“Bring flowers.”

Buat turis seperti saya, kamera ini adalah kamera sapu jagat yang praktis dibawa jalan kemana-mana dan hasil fotonya SANGAT MEMUASKAN. Rasanya seperti bertemu jodoh yang telah lama dinanti-nanti.

Ini beberapa hasil jepretan si Fuji saat dibawa ngetrip kemarin. Semua foto langsung saya upload tanpa retouch di photoshop. Klik untuk melihatnya dalam ukuran besar.

Patung Wisnu, GWK, Bali. Speed 1/140, F/11.0 ISO 200

Patung Wisnu, GWK, Bali.
Speed 1/140, F/11.0 ISO 200

Pura Uluwatu menjelang senja. Speed 1/240, F/8.0 ISO 200

Pura Uluwatu menjelang senja. Dynamic range-nya luar biasa.
Speed 1/240, F/8.0 ISO 200

Menurut saya, food photography menjadi sangat mudah dengan kamera ini. Depth of field dan kekayaan warnanya bisa bikin ngeces hehehe.. Speed 1/120, F/2.8 ISO 200

Menurut saya, food photography menjadi sangat mudah dengan kamera ini. Depth of field dan kekayaan warnanya bisa bikin ngeces hehehe..
Speed 1/120, F/2.8 ISO 200

Jendela sebuah toko di Seminyak. Speed 1/80, F/8.0 ISO 200

Jendela sebuah toko di Seminyak.
Speed 1/80, F/8.0 ISO 200

Karang Bolong, Nusa Penida. Speed 1/160, F/11.0 ISO 200

Karang Bolong, Nusa Penida. Warna birunya bikin jatuh hati.
Speed 1/160, F/11.0 ISO 200

Just point and shoot! Dieng, Speed 1/150, F/11.0 ISO 400

Just point and shoot!
Dieng, Speed 1/150, F/11.0 ISO 400

si Mbah penjual gelang langganan di ujung jalan Malioboro, Jogja. 90 tahun dan masih bekerja! Speed 1/42, F/2.0 ISO 2000

si Mbah penjual gelang langganan di ujung jalan Malioboro, Jogja. 90 tahun dan masih bekerja!
Speed 1/42, F/2.0 ISO 2000

Telaga Dua Warna. Speed 1/70, F/16.0 ISO 200

Telaga Dua Warna.
Speed 1/70, F/16.0 ISO 200

High ISO

Bagaimana dengan ISO tinggi dan noise? Well, saya berani pake ISO 2000 tanpa perlu kuatir dengan noise yang gila-gilaan, karena di ISO 2500 pun noise-nya masih bisa diterima. Dua foto di bawah ini adalah perbandingan antara ISO 12800 dan 25600!

Prosesi Ngaben. Speed 1/60, F/2.0 ISO 12800

Prosesi Ngaben.
Speed 1/60, F/2.0 ISO 12800

Prosesi Ngaben. Speed 1/60, F/2.0 ISO 25600

Prosesi Ngaben.
Speed 1/60, F/2.0 ISO 25600

Kesimpulan

Go buy it. Gak bakal nyesel. Sejak pertama kali pake sampe sekarang, rasanya, fotografi tidak pernah semenyenangkan ini.

  1. Ngiler lagi lihat bentuknya yang retro

    Like

    Reply

    1. Yup, orang yang mau kita foto juga biasanya penasaran dengan kamera ini.
      “Itu…masih pake film ya?” Hehehe..

      Like

      Reply

  2. Kayaknya menarik nih, buat menemani jalan-jalan saya bulan depan ke Papua Barat, Alor dan Timor Leste… Hmmm… http://swastikanohara.wordpress.com/2014/09/08/preview-film-garuda-19-bersama-indra-sjafrie/

    Like

    Reply

    1. Whoa destinasinya sadisss!
      Pasti dia jadi teman jalan-jalan yang gak bakal dilepasin deh mba :D

      Like

      Reply

  3. manteppp ikk..
    foto makanannya warnanya oke bgt

    Like

    Reply

    1. gak pake flash, cahaya alami aja tuh hehehe…

      Like

      Reply

  4. Yang gambar si Mbah tanpa flash, iso 2000 nya ajib banget… Ngilerrrr >,<

    Like

    Reply

    1. *lap ilernya*
      2500 juga masih aman2 aja loh, pake kamera ini rasanya jadi leluasa banget meskipun dalam kondisi minim cahaya. ajib bgt lah!

      Like

      Reply

      1. Fuji x100s nyah ngileeeeer

        Like

  5. sejalan sama harganya kanda…
    man behind the gun nya yang ngeri ini mah…

    Like

    Reply

    1. jadi ngana bilang kita mengerikan? hih!

      Like

      Reply

  6. Ini toch si kamera yg waktu itu sempet kupegang2. Subhanallah ya.. tp aku barutau tuh kalo gak bisa zoom. Anyway gambar di iso tinggi noisenya kayak gak ada ya kak. Kan maeeen pemerintahhh..

    Like

    Reply

    1. subhanallah kaaak, kamera ajaib yang membuat sesuatu tampak lebih indah dari aslinya :D
      noisenya alus kak, kayak wajah balita tanpa dosaa

      Like

      Reply

  7. Sekarang saya pakai X70, kecil simple dan hasilnya bagus. Cuma kadang nyesel juga karena gak ada viewfinder nya, jadi boros batere. Tapi yaaaa harganya emang setengahnya X100S sih.

    Like

    Reply

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.