Queen of the Orangutans

“Saya pertama kali datang di Tanjung Puting tahun 1971, dan sudah 42 tahun saya hidup disana.” tutur Dr. Birute Galdikas dengan bahasa Indonesia yang lancar pada acara seminar tentang ekowisata di Swissbel, Pangkalan Bun, 27 September yang lalu.

WOW!

42 TAHUN MEN.

Dia lalu melanjutkan presentasinya tentang Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) dan kehidupan liar yang ada di dalamnya. Slide demi slide yang ditampilkannya membuat saya terperangah kagum, salut dengan dedikasi beliau terhadap kelestarian Orangutan di TNTP.

***

Dr. Galdikas datang ke Indonesia saat usianya masih 25 tahun untuk mempelajari tentang Orangutan di habitat aslinya. Dia tiba di Tanjung Puting bersama fotografer Rod Brindamour (kelak menjadi suaminya terus cerai terus Dr. Galdikas nikah lagi sama orang lokal, namanya Pak Bohap) dan mendirikan Camp Leakey sebagai pusat riset Orangutan di Tanjung Puting.

4 tahun setelah itu adalah masa yang sangat sulit baginya. Waktu itu Tanjung Puting masih berupa rimba belantara dengan aksesibilitas yang minim. Tidak ada jaringan telepon, listrik, bahkan layanan pos. Namun demi passion-nya, Galdikas maju terus dan memulai penelitiannya tentang Orangutan dengan dukungan funding dari mentornya, Louis Leakey. Dia kemudian menulis artikel untuk National Geographic yang dilengkapi foto-foto dari Brindamour.

Publikasi National Geographic pada tahun 1975 itu membuka mata dunia mengenai Orangutan di Indonesia. Berkat artikel tersebut (yang menampilkan Dr. Galdikas bersama 2 Orangutan sebagai covernya) orang-orang mulai berdatangan ke Tanjung Puting. Peneliti, fotografer, wartawan, turis, semuanya datang untuk melihat langsung makhluk yang memiliki 97% DNA manusia ini. Roda finansial Camp Leakey mulai berputar dengan lancar berkat donasi dari mereka yang peduli.

Galdikas adalah satu-satunya peneliti di dunia dengan masa riset paling lama, 40 tahun lebih! “I’ve always wanted to study the one primate who never left the Garden of Eden. I want to know what we left behind.” Hasil studinya selama puluhan tahun itu berhasil mencatat lebih dari 400 jenis makanan yang dikonsumsi Orangutan, mempelajari pola perkawinan mereka, dan membantu menjaga kelestarian habitatnya di Tanjung Puting.

Pada tahun 1986 dia menginisiasi pendirian OFI (Orangutan Foundation International) yang bermarkas di Los Angeles, California. Pemerintah Indonesia menganugerahinya Kalpataru pada tahun 1997 sebagai penghargaan atas kiprahnya dalam bidang lingkungan hidup.

Perjuangan Dr. Galdikas bukan tanpa tantangan. Perusahaan sawit yang selalu kelaparan lahan bahkan menggunakan pemerintah untuk mengkriminalisasinya. Saat itu, akhir tahun 1990, Kementerian Kehutanan menuduh Galdikas menyembunyikan puluhan Orangutan dengan kondisi memprihatinkan untuk keperluan risetnya. Galdikas membantah tuduhan ini, menyatakan bahwa tuduhan itu adalah tuduhan yang tidak berdasar dan semata-mata hanya bertujuan untuk menjatuhkannya.

Ucapan Galdikas terbukti benar. Serangan itu berasal dari perusahaan sawit dan kayu yang merasa terancam akibat kampanye Galdikas dalam mempertahankan ekosistem di sekitar Taman Nasional.

Tidak ada satu bukti pun yang mendukung tuduhan mereka terhadap Galdikas.

***

Kini Dr. Galdikas telah berumur 67 tahun. Lebih dari setengah usianya dihabiskan di belantara Taman Nasional Tanjung Puting. Oleh dunia, dia dijuluki Queen of the Orangutans. Saya melihat langsung “ke-ratu-an” dia saat kapalnya merapat di dermaga Camp Leakey. Dari jauh tampak 2 Orangutan sudah menunggu dia, dan begitu kakinya menjejak dermaga, mereka langsung gelendotan di bahu sang Ratu, manja.

Saya telah bertemu langsung dengan seorang legenda hidup pejuang konservasi. Seorang wanita Lithuania kelahiran Jerman yang tumbuh besar di Kanada, menempuh studinya di Amerika, lalu “berperang” di Indonesia. Woah. Hebatnya lagi, dia adalah satu-satunya “foreigner” yang meraih Kalpataru. #RESPECT.

Dr. Galdikas dan Louis Leakey (tengah)

Dr. Galdikas dan Louis Leakey (tengah)

Cover National Geographic, 1975

Cover National Geographic, 1975

A Living Legend! (dailymail)

A Living Legend! (dailymail)

Foto bareng Dr. Birute Galdikas

Foto bareng Dr. Birute Galdikas

  1. Entah mau bilang salut atau malah prihatin, karena orang asing lebih perhatian dg kekayaan alam Indonesia :grin: .

    Like

    Reply

    1. Dia memang pionirnya, tapi selain dia banyak orang indonesia juga kok yang terlibat langsung disana, bahkan ada yang udah belasan tahun tinggal di camp leakey.

      nah, kemarin dapet bocoran kalo di sekitar area taman nasional mau ada pembukaan lahan lagi buat sawit, ijinnya udah dikantongi. miris banget yah… melawan pemerintah sendiri..

      Like

      Reply

      1. Pemerintah atau oknum sptnya lebih memikirkan kepentingan pengusaha :( .

        Like

    1. Dr. Birute memang keren abis!

      Like

      Reply

      1. Semoga tahun ini bisa bertemu dengannya #fingercrossed

        Like

  2. Wow dapet aja itu kaver majalah NatGeo tahun 75. Keren ya (y)
    Baca tulisan ini keingetnya sama Matt bojonya mbak Noni hehe :)

    Semoga orang utan semakin dilindungi dan gak dibunuh semena-mena lagi amin.

    Like

    Reply

    1. amin. pembunuhan orang utan masih berlangsung sampe sekarang.. miris

      Like

      Reply

  3. Whoaa… I’m thrilled.

    Like

    Reply

    1. gue udah dari sana cen :D

      Like

      Reply

  4. […] lebih terasa sebagai museum. Banyak benda-benda bernilai sejarah, salah satunya baju yang dikenakan Dr. Birute Galdikas pertama kali saat meneliti tentang Orangutan di Tanjung Puting 42 tahun yang lalu. Baju itu dibeli […]

    Like

    Reply

  5. 67 dikurangi 42 = 25 tahun… Dua lima tahun udha mengabdi di negara orang dengan perjuangan WOW… Oh men… *menatap diri sendiri*
    Tante Galdikas i’m coming :-D

    Like

    Reply

    1. luar biasa ya. perjuangannya mengharukan dan gak pake pensiun, sampe skrg masih jadi komandan tanjung puting :D

      buruan kesana ketemu tante galdikas!

      Like

      Reply

      1. Trenyuh sekaligus pingin jadi volunteer… Okay, langsung cari tanggal cantik ke Pangkalanbun…
        Tante Galdikas aku padamu…wait me :)

        Like

      2. eh itu bukan 25 tahun dia di indonesia loh, tapi 42 tahun x)) dia dateng pas umurnya masih 25, masih nona manise

        Like

      3. aahh iya salah hitung di kalkulator hahaha…

        Like

  6. pas mudanya cantik banget :O

    Like

    Reply

  7. Pernah baca tentang Sang Ratu di salah satu buku seri Supernova karangannya Dee, ternyata tokoh itu benar-benar ada. Salute utk beliau yg sudah mengabdikan hidupnya utk ilmu pengetahuan dan kelestarian orangutan di Indonesia.

    Like

    Reply

    1. you should meet her bro, inspired banget orangnya ;)

      Like

      Reply

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.