[Bootcamp] From Trash To Cash!

From dust to dust? Ada yang lebih canggih: From Trash To Cash.

DSC_0506

Beli pulsa pake sampah? BISA!

FROM TRASH TO CASH YO!

Tagline keren itu milik Bank Sampah “Lakmus” yang terletak di desa Maluk, Sumbawa. Sesuai namanya, bank sampah ini adalah tempat menabung. Tapi yang disetor bukan duit, melainkan sampah! Keren kan?

Konsepnya sederhana. Orang datang bawa sampah (bisa berupa kertas, plastik, kaleng, dan sampah anorganik lainnya), ditimbang beratnya berdasarkan jenis sampah, dihitung nilai rupiahnya, lalu ditambahkan dalam buku tabungan sebagai saldo. Kalo nggak mau nabung alias sekedar mau jual sampah juga bisa. Dituker uang cash, atau dituker pulsa. Keren.

Counter Bank Sampah

Counter Bank Sampah

Alkisah beberapa tahun lalu, seorang pria dari desa Maluk yang saya lupa namanya siapa, terinspirasi oleh konsep bank sampah di Malang. Pria ini, kita sebut saja Mas Brur, kemudian membuat proposal untuk mendirikan bank sampah di desanya dan mengajukannya kepada Newmont. Mas Newmont tertarik lalu meneruskannya ke bagian CSR hingga Mas Brur mendapatkan bantuan untuk merealisasikan rencananya itu. Dia dan teman-temannya dikirim ke Malang untuk studi banding, dan saat kembali, Newmont membantu mereka mendirikan Bank Sampah “Lakmus.” Sejak saat itu, Mas Brur mengelola fasilitas tabung-menabung sampah di Maluk hingga berkembang pesat.

Nasabahnya meningkat dari tahun ke tahun. Tabungan sampah ini bahkan menjadi trend di kalangan anak-anak.  Di Jakarta, belum keren seorang anak kalo belum punya gadget terbaru. Di Maluk beda, belum keren seorang anak kalo belum punya buku tabungan sampah. Bisa minder dan merasa gagal sebagai anak gaul.

DSC_0508

Sudah layak dibilang keren

Bank sampah ini juga mendidik orang untuk menabung. Sebagai contoh, 1 kg kardus kalo dijual cash dihargai Rp 1.035, tapi kalo ditabung maka dihitung Rp 1.150. Anak-anak diajarkan untuk memilih, dan sebagian besar mereka memilih sampahnya ditabung daripada dijual lalu dipake buat beli cincau.

Menurut Mas Brur, berkat adanya bank sampah ini desanya jadi bersih secara alami. Sampah dilihat sebagai duit, dan anak-anak kecil adalah pemburu sampah yang sangat jeli. Setiap ada sampah yang tergeletak sembarangan di jalanan, pekarangan, atau pantai, pasti langsung disikat sama mereka. Saya iseng nanya, gak deng saya serius nanya, berapa rata-rata saldo anak-anak itu. Kata Mas Brur, antara 500 ribu sampe sejuta, bahkan ada yang lebih!

Makin banyak saldonya, makin banyak poinnya :D

Makin banyak saldonya, makin banyak poinnya

Gudang sampah

Gudang sampah

Tempat penampungan botol plastik. Yang sudah dikarungkan artinya siap untuk disalurkan ke penadah

Tempat penampungan botol plastik. Yang sudah dikarungkan artinya siap untuk disalurkan ke penadah

Tabel informasi tentang “arus sampah” dilaporkan secara transparan

Ini adalah konsep pengelolaan sampah anorganik yang menurut saya juara banget. Nyata. Masyarakat terdorong secara sadar untuk memilah sampah sejak masih di rumah. Mengajak masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri perlu stimulan yang tepat: Saldo tabungan di bank sampah, bukan soal pemanasan global atau aksi peduli lingkungan yang gombal itu.

Dengan memilah sampah, saldo bertambah. Itu.

  1. hmmm…interesting

    Like

    Reply

    1. so bole bekeng di Bailang :p

      Like

      Reply

  2. Ih ya Awloh ada foto akika tampak belakaang!

    Like

    Reply

    1. Dan tetap keliatan kamu kak!

      Like

      Reply

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.